Pekerjaan merupakan hal yang penting bagi setiap orang. Tanpa pekerjaan, seseorang tidak akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Walaupun menjadi suatu keharusan, terdapat beberapa lingkungan kerja yang cukup toxic dan tidak sehat, lho. Oleh karena itu, sangat penting bagi kamu untuk memilih pekerjaan yang baik untuk kesehatan mentalmu. Yuk, simak tanda-tandanya yang bisa kamu sadari mulai sekarang!
1. Tidak boleh ada kesalahan
Dalam kehidupan, membuat kesalahan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Tidak ada manusia yang terlepas dari kesalahan, termasuk dalam pekerjaan. Seberapa baik pun kemampuanmu, pasti akan ada kesalahan baik yang kecil maupun besar.
Lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali mengakibatkan sebuah kesalahan dianggap sebagai suatu hal yang tidak boleh terjadi. Semua harus menjadi sempurna. Hal ini dapat membuat beberapa orang takut untuk mencoba dan mengembangkan kemampuan mereka karena takut disalahkan.
Dilansir Tech Target, Amanda Hetler, seorang senior editor, menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang ingin melakukan kesalahan. Namun, ketika ketakutan akan kesalahan bisa melumpuhkan karyawan, hal ini merupakan pertanda adanya lingkungan kerja yang mengancam. Lingkungan yang mengancam ini sering kali penuh dengan kesalahan, sehingga menyebabkan karyawan takut akan hukuman atas kegagalan atau kesalahan yang mereka buat. Orang-orang menjadi takut untuk keluar dari zona nyamannya, yang pada akhirnya dapat membuat semua anggota tim menderita.
2. Pekerjaan yang Membingungkan
Deskripsi pekerjaan yang jelas menjadi salah satu faktor penting untuk kelancaran suatu pekerjaan. Tanpa mengetahui detail deskripsi pekerjaanmu, hal ini dapat menimbulkan kebingungan dan ketidakjelasan akan peranmu dalam suatu perusahaan. Nah, hal ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa lingkungan kerjamu kurang sehat karena tidak profesional, lho.
Pada sebuah lingkungan kerja yang tidak jelas mengenai peran dan tanggung jawab, karyawan dapat merasa khawatir akan ekspektasi yang ada. Tentu saja, hal ini dapat menyebabkan disfungsi di tempat kerja. Selain itu, sering terjadi konflik di antara rekan kerja tentang tanggung jawab dan siapa yang harus melakukan apa. Untuk mencegah konflik semacam ini, penting untuk memiliki komunikasi yang jelas mengenai ekspektasi peran,” ungkap Hetler.
3. Suka menggosip
Beberapa gosip kantor mungkin normal. Namun, gosip biasanya lebih ekstrem di tempat kerja yang kurang sehat. Alih-alih berkomunikasi secara jelas, orang malah berbisik, menatap, dan melontarkan komentar sinis. Hal ini terbilang cukup berbahaya karena penindasan di tempat kerja dapat menyebabkan depresi, kelelahan, dan kecemasan.
“Ketika karyawan bergosip tentang satu sama lain, komunikasi negatif menyebabkan drama, gangguan, ketidakpercayaan, dan perasaan terluka. Gosip memicu lingkungan yang beracun karena karyawan dapat saling bermusuhan dan menyebarkan rumor yang menyakitkan,” kata Hetler.
Lingkungan kerja yang memiliki budaya toxic dapat sangat merugikan karyawan. Ketika karyawan lebih membicarakan satu sama lain daripada fokus pada pekerjaan mereka, itu adalah tanda bahwa lingkungan kerja memiliki masalah yang serius. Komunikasi negatif seperti gosip bisa memicu drama, gangguan, ketidakpercayaan, dan perasaan terluka di antara karyawan.
Gosip menyebabkan timbulnya konflik dan perselisihan antar karyawan. Hal ini dapat mengganggu kerjasama tim dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat. Selain itu, membagikan rumor yang tidak benar juga bisa menyebabkan kerugian reputasi bagi individu yang terlibat. Membicarakan hal-hal yang negatif tentang rekan kerja hanya akan menciptakan ketidakharmonisan dan merusak hubungan kerja yang seharusnya saling mendukung.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari budaya toxic dalam lingkungan kerja. Para pemimpin organisasi harus bertanggung jawab untuk menciptakan atmosfer yang positif, di mana karyawan merasa aman, dihargai, dan didukung. Komunikasi yang terbuka, jujur, dan membangun adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Dalam lingkungan kerja yang sehat, karyawan dapat berfokus pada tugas mereka, saling mendukung, dan bertumbuh bersama. Jika Anda merasa lingkungan kerja Anda memiliki tanda-tanda budaya toxic, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Bersama-sama, kita bisa menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan menyenangkan untuk semua karyawan.
4. Tidak ada batasan dalam pekerjaan
Budaya yang beracun sering kali mempermasalahkan dan mengagung-agungkan kurangnya batasan yang sehat, sehingga mendorongmu untuk memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya. Manajemen mungkin memaksa diri hingga kelelahan dan mengharapkan timnya melakukan hal yang sama, baik mereka bekerja di kantor atau secara virtual.
Mungkin mereka mengharapkan karyawan untuk bekerja sampai larut malam seperti yang mereka lakukan di kantor. Misalnya, membalas pesan dan email wajib dilakukan sepanjang waktu di akhir pekan.
Bagi sebagian orang, bekerja di lingkungan kerja dengan budaya toksik bisa berdampak buruk pada kesejahteraan fisik dan mental. Budaya toksik bisa mencakup perilaku negatif seperti intimidasi, perundungan, kompetisi yang berlebihan, dan kekurangan dukungan dan pengakuan dari atasan dan rekan kerja.
“Jika manajer perekrutan memberimu tugas pada hari Jumat sore dan menginginkannya kembali pada Senin pagi, atau mengharapkan kamu membalas email dengan penyelesaian cepat di pagi hari atau larut malam, itu adalah tanda bahaya,” ungkap Eli Bohemond, seorang career coach, dilansir The Muse.
Apakah Anda merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang Anda hadapi sekarang? Seperti halnya hubungan pribadi, hubungan dengan lingkungan kerja juga bisa memiliki efek baik atau buruk terhadap kesejahteraan dan keseimbangan hidup kita.
Namun, tidak semua lingkungan kerja memfasilitasi pertumbuhan dan kesejahteraan. Ada beberapa lingkungan kerja yang memiliki budaya toksik yang sebaiknya dihindari.
Berikut adalah beberapa tanda bahwa lingkungan kerja memiliki budaya toksik dan sebaiknya dihindari:
- Tuntutan kerja yang tidak realistis
Jika atasan atau manajer Anda memberikan tugas yang tidak mungkin untuk diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan, ini dapat menjadi tanda lingkungan kerja yang memiliki budaya toksik. Tuntutan kerja yang tidak realistis dapat menyebabkan stres berkepanjangan dan penurunan kesejahteraan.
- Kurangnya komunikasi yang efektif
Apabila komunikasi di tempat kerja terganggu atau tidak efektif, hal ini dapat menimbulkan masalah dan ketegangan antara sesama rekan kerja maupun dengan atasan. Kurangnya komunikasi yang efektif dapat mengganggu kerjasama tim dan meningkatkan tingkat konflik.
- Tidak ada dukungan atau pengakuan
Salah satu hal yang penting dalam lingkungan kerja yang sehat adalah adanya dukungan dan pengakuan dari atasan maupun rekan kerja. Jika Anda merasa tidak mendapatkan dukungan atau pengakuan atas prestasi yang telah Anda capai, ini bisa menjadi tanda bahwa lingkungan kerja tersebut memiliki budaya toksik.
- Mobilitas karir terhambat
Jika Anda merasa ada hambatan dalam pengembangan karir Anda di tempat kerja, seperti sulitnya mendapatkan promosi atau tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, ini bisa mengindikasikan bahwa lingkungan kerja tersebut tidak mendorong pertumbuhan dan perkembangan karyawan.
- Ketidakseimbangan antara hidup dan kerja
Apabila lingkungan kerja tidak memberikan fleksibilitas dalam mencapai keseimbangan antara hidup dan kerja, ini bisa menjadi ciri lingkungan kerja yang memiliki budaya toksik. Ketidakseimbangan antara hidup dan kerja dapat mengganggu kesejahteraan dan kualitas hidup seseorang.
Jika Anda mengenali tanda-tanda ini dalam lingkungan kerja Anda, sebaiknya Anda mulai mencari solusi atau mempertimbangkan untuk mencari lingkungan kerja yang lebih sehat dan mendukung pertumbuhan Anda. Kesejahteraan dan kebahagiaan Anda juga sangat penting dalam menjalani kehidupan dan karir yang lebih baik.
5. Tidak ada dukungan untuk perkembangan karyawan
Banyak orang di tempat kerja yang tidak sehat harus ‘mencari tahu’ sendiri karena tidak ada bimbingan atau dukungan untuk membantu mereka berkembang. Bohemond memperingatkan bahwa hal ini menjadi lebih buruk karena jauh lebih mudah untuk terputus dari manajer atau timmu.
Hal ini bahkan memiliki dampak buruk, terutama bagi para karyawan baru yang dibiarkan sendirian di tempat kerja. Perlakuan seperti ini dapat menyebabkan kurangnya motivasi dan kekecewaan, serta membuat karyawan dari kelompok yang terpinggirkan merasa tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk mengembangkan potensi mereka.
Menurut Whitney Simon, seorang konsultan komunikasi dan pakar inklusi, ada beberapa tanda yang menunjukkan lingkungan kerja memiliki budaya toxic yang sebaiknya dihindari. Salah satunya adalah ketika karyawan tidak menyadari peluang yang ada di perusahaan mereka. Banyak dari mereka yang tidak diperjuangkan oleh pihak lain, sehingga karier mereka mengalami stagnasi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka.
Lingkungan kerja yang tidak sehat seharusnya dihindari. Daripada merasa tertekan setiap hari hanya untuk mendapatkan gaji, sebaiknya mencari pekerjaan lain yang lebih cocok untukmu.